JAKARTA -
Kementerian Perhubungan akan mengakselerasi pembangunan infrastruktur
transportasi yang diharapkan bisa menjadi percontohan di setiap
subsektor.
Ditargetkan, dalam dua tahun ke depan sudah dapat
direalisasikan, seperti di pelabuhan, bandara, kereta api, dan moda
darat. Hal ini penting untuk meningkatkan konektivitas dan menarik
minat investor.
"Kami sudah mulai melakukan pengembangan
sejumlah infrastruktur transportasi, seperti membangun rel ganda
kereta api lintas utara Jawa, merevitalisasi sejumlah bandara,
pelabuhan, dan lainnya. Namun, itu belum cukup. Kami butuh
pembangunan infrastruktur transportasi yang lebih besar dengan biaya
yang sangat besar juga tentunya," kata Bambang Susantono, Wakil
Menteri Perhubungan, di Jakarta, Jumat (7/12).
Bambang tak
menafikan anggaran pemerintah memang terbatas di mana diperkirakan
memerlukan dana total US$ 202,5 miliar untuk realisasi program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI).
Tahun depan saja, lanjutnya, pemerintah menganggarkan US$ 20
miliar untuk pembangunan infrastruktur, khususnya di sektor energi
dan transportasi yang penting untuk meningkatkan daya saing negara,
seperti menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan mobilitas dan
konektivitas.
Proyek-proyek yang merupakan bagian dari MP3EI yang
diperkenalkan pada Mei 2011, termasuk jalan raya, kereta api, bandara
dan pelabuhan.
"Pemerintah berkomitmen untuk membuka peluang
bagi investor asing dan swasta untuk berpartisipasi dalam
mengembangkan infrastruktur transportasi, seperti sistem kereta api,
pelabuhan, dan bandara," tutur Bambang.
Ia menuturkan
mekanisme partisipasi swasta dan asing untuk proyek pembangunan
infrastruktur transportasi ada dua jenis, yakni metode public private
partnership (PPP) atau kerja sama pemerintah dan swasta, juga metode
special assignment atau penunjukan khusus, seperti untuk proyek
Pelabuhan New Priok Kalibaru dan kereta api bandara.
Kata dia,
partisipasi swasta dan asing ini dibutuhkan karena keterbatasan
anggaran pemerintah, sekalipun telah ada peningkatan alokasi anggaran
untuk infrastruktur transportasi pada tahun ini.
"Saya kira
kita bisa menekan pinjaman luar negeri untuk proyek infrastruktur
transportasi. Kita bisa datangkan investor, dan kita juga sudah
mengalami peningkatan anggaran. Misalnya kereta api yang sebelumnya
hanya setengahnya, sekarang bisa sampai sekitar Rp 5-6 triliun,"
kata Wamenhub.
Tidak hanya itu, lanjutnya, pemerintah juga memakai
BUMN sebagai ujung tombak untuk pembiayaan di berbagai bidang,
seperti PT Angkasa Pura 1 dan 2, PT Pelindo I-IV, dan PT Kereta Api
Indonesia. Semuanya memiliki kemampuan untuk mencari pendanaan
sendiri.
"Tentu terakhir baru kita lihat, apakah kita masih
memerlukan bantuan luar negeri. Kalau ada pun pasti akan terbatas dan
dialokasikan untuk jenis-jenis infrastruktur tertentu,"
katanya.
Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Regional Menko
Perekonomian Lucky Eko Wuryanto mengatakan Indonesia memiliki banyak
sumber daya potensial yang membutuhkan transportasi sehingga butuh
lebih kreatif untuk eksplorasi pembangunan infrastuktur pendukungnya
dalam jangka menengah-panjang.
"Untuk mewujudkannya, kita
perlu melibatkan swasta untuk membantu pembiayaan meskipun pemerintah
sudah menaikkan anggaran untuk infrastruktur transportasi. Kami akan
membantu kerja sama dalam pembangunan ini," kata Lucky.
Dia
menjelaskan saat ini perlu dibangun transportasi yang paling
strategis untuk perekonomian, mengingat pertumbuhan ekonomi yang di
atas 6 persen per tahun.(sumber: shnews.co).
No comments:
Post a Comment