Pemudik Motor Belum Terbendung
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah
pemudik yang menggunakan sepeda motor tahun ini diprediksi masih tinggi,
menembus angka 2,3 juta unit. Beragam program yang menawarkan pengangkutan
sepeda motor untuk mudik hanya mampu menekan sebagian kecil dari jumlah itu.
Minat warga untuk ikut dalam program
pengangkutan motor gratis tersebut pun masih minim. Salah satunya terlihat
dalam program pengangkutan sepeda motor pemudik gratis yang dilakukan
Kementerian Perhubungan, di Jakarta, Rabu (23/7).
Dari kuota 2.400 unit sepeda motor
yang disediakan, jumlah pendaftar hanya 2.272 unit. Dari jumlah itu, motor yang
akhirnya jadi diberangkatkan dengan truk ke sembilan kota tujuan di Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta hanya mencapai 1.528 unit.
Menteri Perhubungan EE Mangindaan
mengatakan, tahun depan, pihaknya akan lebih menggencarkan sosialisasi program
tersebut kepada masyarakat. ”Sebenarnya saya menargetkan 3.000 unit sepeda
motor bisa terangkut tahun ini. Hal itu untuk mengurangi kepadatan jalan dan
risiko kecelakaan,” kata dia.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Hotma
Simanjuntak menyatakan, pemudik motor yang bisa dialihkan dari jalan raya
melalui program angkutan mudik gratis oleh pemerintah dan swasta tahun ini
mencapai lebih kurang 30.000 unit. Jumlah itu hanya 1,3 persen dari total
pemudik motor.
Sementara itu, pemudik sepeda motor
mulai memadati jalur selatan Jawa Barat. Pantauan Kompas, pemudik sepeda motor
konvoi memasuki kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung, hingga Gentong, Kabupaten
Tasikmalaya. Sembari berboncengan, mereka membawa banyak barang bawaan di ekor
sepeda motor. Tidak sedikit yang membawa anak dan tas besar saat melintasi
jalur penuh kelokan berbahaya.
Ahmad Suardi (36), pemudik asal
Bandung menuju Yogyakarta, memilih mudik lebih awal karena tak ingin terjebak
kemacetan. Pada arus mudik kali ini, ia pergi bersama anak sulungnya. Istri dan
kedua anak perempuannya pergi menyusul esok hari menggunakan kereta api.
”Risikonya terlalu besar apabila semuanya pakai motor. Agar irit, sebagian
pakai motor dan lainnya pakai kereta api,” kata dia.
Namun, dengan alasan tidak
mendapatkan tiket kereta api, Tri Ramdhan (37), asal Soreang, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, memilih membawa istri dan anaknya menggunakan sepeda
motor. Meski sadar risiko kecelakaan menghadang, ia tak punya pilihan lain.
”Tadinya kami mau naik bus, tetapi sepertinya susah angkutan sampai ke rumah,”
kata Tri saat beristirahat di Gentong. (ENG/CHE/DMU)
No comments:
Post a Comment