Subsidi BBM Tetap Melonjak
Rabu, 22 Mei 2013, 21:55 WIB
Komentar : 0
Republika/Wihdan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi tetap akan menaikkan beban belanja subsidi dalam
APBN-Perubahan (APBNP) 2013. Dalam rancangan APBNP 2013 yang disampaikan
pemerintah kepada DPR, belanja subsidi BBM meningkat dari asumsi awal
Rp 193,8 triliun menjadi Rp 209,9 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu), Chatib Basri, mengatakan apabila harga BBM tidak dinaikkan, belanja subsidi dapat mencapai Rp 297 triliun. "Tapi sekarang subsidi naik, tapi tidak sebesar jika kita tidak melakukan apa-apa," ujar Chatib usai rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (22/5).
Pemerintah berencana menaikkan harga BBM untuk premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter, sedangkan solar Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter. Alasan kenaikan harga antara lain peningkatan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Akibatnya, disparitas harga membesar, sehingga volume konsumsi meningkat. Sebagai gambaran, realisasi subsidi BBM pada APBNP 2012 melonjak akibat bertambahnya kuota. Pada awal tahun, volume kuota BBM bersubsidi ditetapkan 40 juta kl. Namun, pada September 2012, pemerintah dan DPR memutuskan untuk menambah volume kuota menjadi 44,04 juta kl.
Pada akhir tahun, volume kuota kembali bertambah sebesar 1,02 juta kl sehingga total kuota BBM bersubsidi di 2012 menjadi 45,06 juta kl. Dalam APBN 2013, kuota untuk BBM bersubsidi mencapai 46,02 juta kiloliter. Namun beberapa waktu lalu, mantan Menkeu Agus DW Martowardojo memprediksi kuota akan menembus 53 juta kl. Sebagai catatan, realisasi belanja subsidi BBM dalam APBNP 2012 mencapai Rp 211,9 triliun.
Chatib menyebut tanpa kenaikan harga BBM, inflasi tetap akan tinggi dan diprediksi berada di kisaran 5,6 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan target dalam APBN 2013 senilai 4,9 persen.
Menteri Keuangan (Menkeu), Chatib Basri, mengatakan apabila harga BBM tidak dinaikkan, belanja subsidi dapat mencapai Rp 297 triliun. "Tapi sekarang subsidi naik, tapi tidak sebesar jika kita tidak melakukan apa-apa," ujar Chatib usai rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (22/5).
Pemerintah berencana menaikkan harga BBM untuk premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter, sedangkan solar Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter. Alasan kenaikan harga antara lain peningkatan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Akibatnya, disparitas harga membesar, sehingga volume konsumsi meningkat. Sebagai gambaran, realisasi subsidi BBM pada APBNP 2012 melonjak akibat bertambahnya kuota. Pada awal tahun, volume kuota BBM bersubsidi ditetapkan 40 juta kl. Namun, pada September 2012, pemerintah dan DPR memutuskan untuk menambah volume kuota menjadi 44,04 juta kl.
Pada akhir tahun, volume kuota kembali bertambah sebesar 1,02 juta kl sehingga total kuota BBM bersubsidi di 2012 menjadi 45,06 juta kl. Dalam APBN 2013, kuota untuk BBM bersubsidi mencapai 46,02 juta kiloliter. Namun beberapa waktu lalu, mantan Menkeu Agus DW Martowardojo memprediksi kuota akan menembus 53 juta kl. Sebagai catatan, realisasi belanja subsidi BBM dalam APBNP 2012 mencapai Rp 211,9 triliun.
Chatib menyebut tanpa kenaikan harga BBM, inflasi tetap akan tinggi dan diprediksi berada di kisaran 5,6 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan target dalam APBN 2013 senilai 4,9 persen.
No comments:
Post a Comment