TRIBUNNEWS.COM BANDUNG - Makin tipisnya kuota BBM bersubsidi membuat
masyarakat gelisah. Apalagi bagi para pelaku usaha transportasi yang
turut merasakan efek negatif menipisnya kuota BBM bersubsidi.
Ketua
DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jabar, Aldo F Winaya,
mengatakan sebaiknya, pemerintah memiliki rencana berikutnya sebagai
langkah antisipasi makin tipisnya kuota BBM bersubsidi, yang kabarnya,
habis pada 19 Desember 2012. Untuk itu ia pun meminta pemerintah
menambah kuota BBM bersubsidi.
Menurut Aldo, jika masyarakat sulit memperoleh BBM subsidi pada setiap SPBU maka bisnis
transportasi terancam. "Tidak tertutup kemungkinan, banyak pengusaha
transportasi, pada akhirnya, gulung tikar karena tidak ada satu pun
armadanya yang beroperasi," ujar Aldo saat dihubungi Tribun, Selasa
(27/11/2012).
Aldo menjelaskan saat ini, load factor penumpang
sangat minim. Di Jabar, rata-rata, load factor sekitar 40-60 persen.
"Seandainya jumlah kursi bagi para penumpang bus sebanyak 60 kursi,
artinya, saat ini volume penumpang bus rata-rata hanya 20 penumpang,"
ujarnya.
Kondisi itu kian parah jika pasokan BBM premium atau
solar benar-benar terhenti, sehingga 150-200 ribu unit kendaraan umum
bakal tidak beroperasi. Apabila bus, taksi,angkot, itu tidak beroperasi
akibat kelangkaan BBM bersubsidi maka ekonomi bakal lumpuh.
Sementara
itu ekonom Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi, menegaskan
dalam kondisi seperti sekarang, pemerintah harus meningkatkan kuota BBM
bersubsidi. "Permintaan premium memang tinggi. Jadi, pemerintah harus
menambah kuota," tegasnya. (win) (sumber: tribunnews.com).
No comments:
Post a Comment