Monday, June 30, 2014

DIRGAHAYU ORGANDA 

30 JUNI 1962 - 30 JUNI 2014





SEPINTAS KILAS BERDIRINYA ORGANDA



Perkembangan perusahaan angkutan umum dengan kendaraan bermotor di Indonesia baru dimulai setelah selesainya perang kemerdekaan tahun 1950.
Alat –alat angkutan umum pada tahun-tahun sebelumnya praktis tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena hampir seluruh alat angkutan bermotor dikerahkan dalam rangka perjuangan merebut kemerdekaan.
Tahun-tahun pertama setelah tahun 1950, kegiatan perdagangan dan perekonomian sudah mulai dirasakan aktif kembali, dan secara tahap demi tahap kendaraan bermotor umum mulai tumbuh dalam rangka menunjang berbagai kegiatan masyarakat.
Dibalik itu kehidupan politik pada masa itu telah berpengaruh kepada perkembangan kehidupan organisasi – organisasi masyarakat, dan tidak luput pula organisasi angkutan umum dengan kendaraan bermotor yang merupakan kelompok-kelompok usaha jasa angkutan umum dengan orientasi yang berbeda-beda.
Keadaan tersebut ditandai dengan terbentuknya berbagai organisasi pengusaha angkutan umum, antara lain:
  1. IPPOSI ( Ikatan Perserikatan Pengusaha Otobis Seluruh Indonesia ) Didirikan pada tanggal 13 April 1952
  2. ORPENI ( Organisasi Pengangkutan Nasional Indonesia ) Didirikan pada tanggal 19 – 20 Desember 1952 di Yogyakarta
  3. FEGAPRI ( Federasi Gabungan Prahoto Indonesia ) Didirikan pada tanggal 3 Maret 1953 di Surabaya
  4. GANDAVETRI ( Gabungan Angkutan Darat Veteran Indonesia )
Dan masih banyak lagi kelompok – kelompok kecil yang tidak terhitung jumlahnya.

Dengan menyadari sepenuhnya akan azas dan tujuan organisasi-organisasi tersebut, maka pada tanggal 30 Juni 1962 di Selecta Malang, para Pimpinan Organisasi-organisasi tersebut telah menyatakan kebulatan tekad untuk melebur organisasi-organisasi tersebut dalam satu wadah oraganisasi yang disebut ORGANISASI ANGKUTAN DARAT, dan disingkat ORGANDA.
Pertumbuhannya kemudian, ORGANDA telah mampu menampilkan diri sebagai suatu wadah yang menampung aspirasi para anggotanya.
Atas pertimbangan tersebut, maka Pemerintah melalui surat keputusan Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata Nomor L 25/1/18 tanggal 17 Juni 1963 telah mengukuhkan ORGANDA sebagai organisasi tunggal dalam bidang angkutan bermotor di jalan raya.
Perkembangan selanjutnya, organisasi ini mengalami pasang surut karena memang dalam kehidupannya tidak akan mungkin membebaskan diri daripada keadaan lingkungan kehidupan sosial politik dari masa ke masa.
Pada akhir tahun 1974, ORGANDA mengalami krisis kepengurusan, yang karena satu dan lain hal tidak mampu lagi mengadakan musyawarah nasionalnya, dan pada akhirnya para pengurus telah menyerahkan mandat kepengurusan ORGANDA Pusat kepada Pemerintah melalui Menteri Perhubungan.
Pemerintah menyadari sedalam-dalamnya bahwa organisasi profesi seperti ORGANDA sangat diperlukan adanya, terutama dalam masa-masa pembangunan. Oleh karena itu, Menteri Perhubungan telah menerima penyerahan mandat tersebut, dan sekaligus menetapkan caretaker pengurus ORGANDA dengan surat keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 412/U/Phb-74 tanggal 8 Oktober 1974. Keputusan tersebut bersifat sementara, dengan harapan agar caretaker dimaksud dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat menyelenggarakan musyawarah nasional dalam rangka konsolidasi kedalam.
Akhirnya pada tanggal 9 Maret 1975 di Pandan Jawa Timur, telah diadakan Musyawarah Nasional ORGANDA yang ke VII sebagaimana yang diharapkan oleh Pemerintah.
Hasil Musyawarah Nasional tersebut antara lain adalah :
  1. Menetapkan susunan kepengurusan baru, menunjuk beberapa orang sebagai Pimpinan dan Anggota Dewan Pimpinan Pusat  ORGANDA
  2. Mengadakan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai langkah penyesuaian dengan perkembangan umum pada waktu itu.
  3. Menentukan program-program kerja
  4. Menetapkan jadwal musyawarah nasional setiap 4 (emapat) tahun sekali, dan penyelenggaraan badan musyawarah pleno setahun sekali.
Langkah-langkah tersebut diatas diadakan sebagai usaha konsolidasi dan peningkatan peranan ORGANDA pada masa-masa selanjutnya.
Dalam rangka pemantapan peranan ORGANDA yang disesuaikan dengan perkembangan pembangunan, maka ORGANDA telah dikukuhkan kembali sebagai organisasi tunggal dibidang angkutan bermotor di jalan raya dengan surat keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 465/U/Phb-75 tanggal 12 September 1975.

GUNUNG SINABUNG MELETUS, TIDAK ADA KORBAN JIWA 


Gunung Sinabung yang berstatus Siaga (level III) kembali meletus pada Minggu (29-6-2014) pukul 19.29 wib. Tinggi kolom letusan 4.000 m, dan luncuran awan panas 4.500 m ke arah tenggara. 

Secara visual tidak terlihat karena kondisi malam hari dan cuaca hujan. Pengamatan didasarkan pada instrumentasi Pos Pengamatan Gunung Sinabung PVMBG. Arah angin ke timur. Amplitudo maksimum 105 mm dan durasi 67 menit. Peningkatan aktivitas ini telah disosialisasikan kepada warga dan sampai saat ini masih dalam keadaan aman karena awan panas mengarah ke desa Berastepu yang msh dikosongkan. Hujan abu mengarah ke Desa Sigarang-Garang dan Desa Sukanalu. Hingga saat ini jumlah pengungsi 14.382 jiwa (4.475 KK) terdiri dari 13.170 jiwa, (4.105 KK) di 28 titik penampungan dan 1.212 jiwa (370 KK) di hunian sementara/rumah sewa. 

Pemerintah memberikan uang sewa rumah kepada pengungsi yang direncanakan untuk direlokasi nantinya. Perbaikan rumah warga yang sudah diperbolehkan pulang dilakukan melalui Karya Bhakti bersama warga desa memperbaiki atap rumah yang rusak dengan hasil yang sudah diperbaiki 258 unit rumah di desa Sukanalu, 91 unit rumah di desa Selandi Lama, 205 unit rmh di desa Sigarang garang, 113 unit rmh di desa Kebayakan, 152 unit rmh di desa Kutarakyat, 100 unit rumah di desa Kutagugung. 

Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Thursday, June 26, 2014

Angkutan Lebaran :
Organda Kerahkan 43 Ribu Armada
Palembang, Jurnas.com | Selasa, 24 Juni 2014
DEWAN Pimpinan Pusat (DPP) Organisasi Angkutan Darat (Organda) menyiapkan sebanyak 43.000 armada angkutan untuk menghadapi Mudik Lebaran pada Agustus 2014 mendatang.
Jumlah ini, meningkat sebesar 20 persen bila dibanding tahun lalu. Armada angkutan darat ini sudah terdiri dari bus angkutan antar provinsi dan antar lintas provinsi yang ada di seluruh Indonesia.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum DPP Organda Indonesia Eka Sari Lorena Surbakti di Palembang, Senin (23/06) di sela-sela Dialog Nasional Transportasi Multimoda Angkutan Barang. Dia mengatakan tahun lalu jumlah armada yang disiapkan sebanyak 23 ribu untuk 5,3 juta pemudik yang menggunakan jalur darat.

Sementara pada tahun ini, dia memperkirakan jumlah pemudik lebaran di Indonesia ada pada angka enam juta jiwa, dan yang menjadi pemicu naiknya angka ini karena kaum urban yang datang ke kota.
Menurut Eka, dia menyangsikan kesiapan jalur transportasi darat untuk menghadapi mudik Lebaran tahun ini. Dia menyebut, jalur Pantura sebagai contoh kasus, jalur ini tidak akan siap dilalui pemudik, sebab di beberapa lokasi tingkat kerusakan jalan masih tinggi sementara perbaikan masih belum selesai.

Ditambah lagi adanya beberapa lokasi jalan yang rusak karena banjir. Hal ini cukup beralasan, kata Eka, sebab berdasarkan pemantauannya di lapangan di Jalur Pantura, dari Jakarta menuju Surabaya bisa memakan wktu 25 jam, padahal normalnya di bawah 20 jam. "Saya yakin jalur ini tidak akan siap untuk dilalui pada Lebaran tahun ini," kata Eka.
Dialog Nasional Transportasi Multimoda Angkutan Barang itu diselenggarakan oleh Pusat Unggulan Transportasi Mutimoda Universitas Sriwijaya dan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Wilayah Sumatera Selatan.

Kekhawatiran tersebut, menurut Eka, cukup beralasan terlebih adanya pemotongan anggaran pada Departemen Pekerjaan Umum yang mencapai sekitar 30 persen itu.
Dia juga prihatin disepanjang jalur Pantura banyak terjadi buka tutup jalan dan tanpa adanya rambu-rambu lalulintas. Kondisi ini katanya berbahaya bagi para pengguna jalan. "Apalagi juga sudah dilewati para pemudik. Akan sangat riskan kecelakaan," ujarnya.

Kendati demikian untuk menghadapi mudik Lebaran tahun ini, pihaknya sudah melakukan kordinasi di seluruh Organda di Indonesia dari tingkat DPD hingga DPC. Disisi lain menjalin kerjasama dengan pihak kepolisian, Jasa Raharja, Menkes, Pelindo dan BUMN terkait.
Sementara menyangkut besarnya tuslah, kata Eka, sudah ada ketentuan yang ditetapkan oleh pihak Kementerian Perhubungan. Dia mencontohkan pada armada bus miliknya terdapat kenaikan sebesar 20 ribu untuk rute Palembang-Jakarta kelas ekonomi.
Sedangkan mulai H-7 katanya, dia menerapkan untuk tarif bawah kenaikan mencapai 20 persen sementara tarif atas sampai dengan 50 persen. Menurut Eka, tahun ini, khusus armada yang di pimpin Lorena pihaknya menyiapkan 400 bus dan 50 bus baru dengan rute angkutan terbesar berada di wilayah Jawa dan Sumatera.

Tuesday, June 24, 2014

Infrastructure :

Investment in road transport is 2.5 times more profitable

According to the World Bank,“… infrastructure development is key to economic growth. Good roads and bridges expand market opportunities, lower the costs of goods and services, and enable countries to use their productive capacity better. China’s development would not have unfolded had the country not invested heavily in road infrastructure.” 
Where road transport goes, economic development follows!


Road transport's potential is inhibited by congested or ill-maintained roads, and is thus unable to facilitate the creation of economic and social wealth. In many parts of the world, the lack of good quality roads, the lack of sufficient road capacity, or congestion on existing road networks in developing and industrialised countries alike, limit the positive impact of the existing infrastructure and road transport activities on general economic growth and the creation of wealth.
It is therefore vital to increase investment and improve road maintenance, while making optimum use of existing infrastructure.

Friday, June 6, 2014

Angkutan Jalan Dominan Pada Mudik Lebaran


INFOBISNIS--Organisasi Angkutan Darat (Organda) memperkirakan jumlah penumpang angkutan mudik Lebaran 2014 meningkat pesat. Akan mencapai 18,45 juta orang, naik dari tahun lalu sebanyak 17,53 juta orang.

Moda angkutan jalan raya masih paling dominan, meski banak dicerca dan dicaki banyak orang. Faktanya, pengguna angkutan jalan raya paling diminatri masyarakat Indonesia. Padahal, Indoensia adalah negara maritim.

"Jumlah penumpang untuk angkutan jalan diprediksi mencapai 5,8 juta orang. Sementara, angkutan sungai danau dan penyeberangan (ASDP) 3,54 juta orang. Untuk angkatan kereta api sebanyak 3,43 juta orang," kata Ketua Umum DPP Organda Ekasari Lorena di Jakarta, Selasa (3/6).

Menurutnya, jumlah penumpang AKAP akan mencapai 18,45 juta orang, naik dari tahun lalu sebanyak 17,53 juta orang. Sementara, jumlah penumpang untuk angkutan jalan diprediksi mencapai 5,8 juta orang. Sementara, angkutan sungai danau dan penyeberangan (ASDP) 3,54 juta orang.

Untuk jumlah penumpang untuk angkutan laut diperkirakan sebanyak 1,57 juta orang. Sedangkan angkutan udara sebanyak 4,10 juta penumpang. "Penambahan jumlah penumpang ini karena ekonomi kita bertumbuh dan mendorong peningkatan kelas masyarakat, dari kelas menengah menjadi kelas atas," ujar Eka lagi.

Selanjutnya, jumlah penumpang untuk angkutan laut diperkirakan sebanyak 1,57 juta orang. Sedangkan angkutan udara sebanyak 4,10 juta penumpang. "Penambahan jumlah penumpang ini karena ekonomi kita bertumbuh dan mendorong peningkatan kelas masyarakat, dari kelas menengah menjadi kelas atas," tukas Eka.

Penggunaan moda angkutan udara diprediksikan akan meningkat dibandingkan tahun 2013. Prediksi Organda, 4,1 juta pemudik akan berpergian menggunakan pesawat. Sedang, jumlah penggunaan kendaraan pribadi diprediksi juga akan meningkat. Sebanyak 1,7 juta mobil pribadi dan 2,3 juta sepeda motor disinyalir bakal memenuhi jalan raya.

Kendaraan pribadi, menurut Eka, adalah angkutan yang paling mendominasi sistem transportasi Indonesia. Eka mengajak masyarakat untuk bersama-sama menurunkan masifnya penggunaan kendaraan pribadi pada musim mudik Lebaran nanti."Saya harap pemudik lebih memilih kendaraan umum," tegas Eka.*hel

Tiga Masalah Hantui Arus Mudik Lebaran 


INFOBISNIS--Sejumlah masalah pokok yang masih menghantui pada angkutan Lebaran tahun 2014. Mereka adalah buruknya indrastruktur jalan yang buruk, jumlah pengguna sepeda motor yang makin tinggi dan pasar tumpah yang banyak terutama di jalur pantai utara (Pantura) Jawa.

"Pemerintah pusat dan daerah serta pihak-pihak terkait diminta tetap waspadai, dan segera mempersipkan antisipasi yang baik sebelum arus mudik Lebaran benar-benar menadi masalah. Apapun adanya, arus mudik Lebaran pasti akan bertambah dan mereka harus dilayani dengan baik oleh pemerintah," ujar Ketua DPP Organsiasi Angkutan Darat (Organda) Ekasari Lorena di Jakarta, Selasa (3/6).

Dalam ritual arus mudik Lebaran selama ini, 70% pergerakan penumpang dan barang khususnya untuk moda angkutan darat masih tertumpu di jalur Pantura Jawa. Oleh karena itu, daerah ini harus mendapatkan prioritas penanganan yang ekstra, baik infrastruktur jalan, rambu-rambu, petugas di lapangan dan lainnya. "Semua potensi permasalahan yang akan muncul, terutama sepeda motor, jalan rusak dan pasar tumpah harus diantisipasi dengan baik. Jangan sampai masalah itu makin besar dan menganggu kelancaran arus mudik," pinta Eka.

Dari laporan anggota Organda di lapangan, kerusakan jalan di jalur Panturan sangat parah, sekitar 30-40% rusak. Sementara, janji pemerintah (Kementerian PU) jalur panturan akan segera dibangun dan diperbaiki. targetnya, sebelum H-10 Lebaran selesai. "Tapi, target pembangunan jalur Pantura itu harus benar direalsiasikan, jangan seperti tahun-tahun lalu. Jalur Panturan jawa masih dipaksakan saat arus mudik tiba, jadi ya cepat rusak dan tidak maksimal," urai Eka.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan, E.E Mangidaan berencana akan menambah jumlah pengangkutan sepeda motor lebaran. Rencananya, kendaraan roda dua ini diangkut dengan beberapa moda transportasi. "Kita berusaha mengangkut sepeda motor pemudik melalui beberapa angkutan" kata dia di Jakarta.

Kemenhub menyediakan moda transportasi baik melalui kereta api, kapal laut dan truk untuk pengangkutan motor. Jumlah kuota sepeda motor yang diangkut kereta api tahun ini sebanyak 6.300 unit. Pengangkutan ini dibagi menjadi arus mudik dan arus balik.

Adapun tujuan penyelenggaran pengangkutan motor ini untuk mengurangi intensitas kecelakaan berlalu lintas di hari lebaran. Selain itu pemudik juga akan lebih nyaman pulang ke kampung halaman dengan transportasi umum.*hel

Jelang Lebaran Organda Siapkan 43 Ribu Bus

Jakarta, Beritaempat.com — Ketua Umum DPP Organda (Organisasi Angkutan Darat), Eka Sari Lorena Soerbakti mengatakan, menjelang lebaran organda akan siapkan 43 ribu bus, di antaranya 23 ribu bus AKAP (antarkota antarprovinsi), 16 ribu bus AKDP (antarkota dalam provinsi) dan 4 ribu bus pariwisata.
Hal ini meningkat dibanding tahun lalu yang hanya menyiapkan sebesar 37.100 bus. “Penambahan armada tersebut lantaran adanya pelonjakan penumpang yang diperkirakan pada 2014 jumlah penumpang mencapai 5.800 ribu orang meningkat sebesar 300 ribu dibandingkan tahun 2013 yang hanya mencapai 5.500 ribu penumpang,” jelas Eka Sari di Jakarta, Selasa (3/6).
Lebih lanjut Eka mengatakan, pemerintah punya 34 terminal utama dan 8 terminal bantuan yang tersebar di Indonesia, dan pertambahan kendaraan di Pantura tiap tahunnya naik 25 persen. ”Jumlah kendaraan pribadi juga tidak kalah menarik, akan terus meningkat dikarenakan masih banyak minat para mudik menggunakan kendaraan pribadi,” ungkapnya.
Berdasarkan catatan Organda, pada tahun 2014 saja jumlah kendaraan pribadi sebesar 1.789.358 unit atau meningkat sebesar 5,61 persen. Sedangkan angkutan sepeda motor tahun ini sebesar 2.371.378 unit atau naik 4,3 persen.
Eka menyampaikan, seluruh pengusaha Organda seperti tahun sebelumnya sangat menghimbau pengendara sepeda motor untuk mementingkan keselamatan, karena sepeda motor merupakan moda angkutan mudik lebaran yang sangat rentan kecelakaan di jalan raya.
Eka kembali menghimbau bagi pengguna sepeda motor agar super hati-hati. “Usahakan agar menggunakan tansportasi yang lebih amanlah dan berharap pemerintah mengadakan sistem IT yang dapat connect (terhubung) dan teorganisasi pada transportasi,” ujar Eka.

Thursday, June 5, 2014

Selasa 3 Juni 14,

DPP ORGANDA dan Rekan-Rekan Media :

Persiapan Transport & Logistics 2014, Pacific Place, Jakarta




Tuesday, June 3, 2014

Sunday, June 1, 2014



Innovation Implementation: 
State Transportation Innovation Councils

The State Transportation Innovation Council, or “STIC,” is a concept that came out of the Every Day Counts summits in 2010. The idea is that bringing together the key players in the area of highway transportation within a state is a great way to determine which innovations will work best for them.
State Transportation Innovation Councils across the country are using the Federal Highway Administration’s STIC incentive program to help cover the cost of making innovations standard practice. 
The councils—made up of public and private transportation stakeholders in each state—are using the incentives on a variety of projects:
  • The Vermont STIC, for example, is funding a project to institutionalize the design-build contracting method. The Vermont Agency of Transportation has used design-build on five bridge projects and has another in procurement. After relying on a small team to implement design-build on early projects, the agency is documenting key design-build processes and procedures so they can be used consistently throughout the agency.
  • The North Carolina Department of Transportation is pursuing a local government agency certification initiative. The first phase of the certification program requires local agencies to become prequalified so they understand what’s involved in delivering local Federal-Aid projects. The agency is using STIC funds to help design, develop and implement the prequalification phase of the program.
  • The Michigan STIC requested STIC incentives to develop a report on a pilot project to collect and maintain geospatial data identifying the location of underground utilities in Michigan Department of Transportation rights-of-way. The pilot project is part of an effort to make it standard practice to capture utility location information at the time of installation.
Each state STIC can apply for up to $100,000 a year to carry out projects that mainstream innovative practices.